Jikamanusia mempunyai rasa tidak yakin keberhasilan sesuatu yang dikerjakan sedangkan Allah selalu mengkabulkan sesuatu sesuai dangan yang ia niatkan maka ia sudah berburuk sangka ( Su-udzzon ) terhadap Allah. Didalam hadits Qudsi, Allah berfirman: "Aku tergantung pada prasangka hambaku " (Niat-sugesti ) terhadap diriku dan Aku selalu
Merekayang memuji-Ku adalah hamba-hambaKu oleh karena itu barang siapa yang berkehendak menjadi hambaKu Maka sembahlah dan muliakanlah Aku Mereka yang taat kepadaKu adalah mereka yang aku kasihi Dapat dibayangkan betapa frustasi orang yang tidak memiliki prasangka kepada Allah swt. Jiwanya terbelah,hatinya sakit dan jika ada sedikit saja
Allahpun menjawab, “Hambaku, bersabarlah, Aku sedang merancang kehidupanmu.” Padahal yang dibutuhkan adalah kesabaran dan prasangka yang baik. Delapan belas Agustus 2017 tepat 10 minggu dari perkiraan hasil sputum test keluar. Ku tunggu dering handphone tak kunjung berbunyi, akhirnya membuatku memutuskan untuk datang ke
Ketikaaku tahu, memaksakan kehendak atas apa yang tidak bisa aku ubah adalah kesia-siaan terbesar. "Aku tergantung prasangka hambaKu kepadaKu. Jika engkau berprasangka baik kepadaKu, maka engkau mendapatkan apa yang engkau
. Kajian Khazanah Islam kategori posting AqidahPembaca budiman, Bimbingan dan Ridha-Nya semoga selalu tercurah serta mengiringi kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk meraih kebahagiaan dan mengharap Rahmat-Nya di Akhirtat kelak. Aamiin...Prasangka manusia terhadap Tuhanya, menunjukkan sejauh mana kwalitas iman dan keyakinannya. Dalam Al-Qur'an telah dikisahkan Nabi Ibrahim ketika ia berkata kepada Bapaknya Adzar dan kaumnya dia bertanya "apakah yang kamu sembah?. Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan bohong? . Maka apa anggapanmu terhadap Rabb Semesta Alam?". QS, Ash-Shaffat /37 85-87 Kisah Nabi Ibrahim bersama bapaknya dan umat saat itu adalah menunjukkan betapa rendahnya kualitas keimanan dan keyakinannya. Sebab mereka menyembah patung yang telah dibuatnya sendiri. Prasangka manusia terhadap Tuhan-Nya menunjukkan sejauh mana kwalitas iman dan keyakinannya. Dan karena itulah yang akan menentukan sikap dan perbuatannya. Terutama saat dihadapkan pada kondisi sulit dan berat serta saat dihadapkan ujian dan cobaan yang luar biasa. Termasuk cobaan ketika pada kondisi wabah pandemi yag sekarang masih belum juga sirna bahkan masih terus menyebar secara masif. Ketika banyak yang jatuh sakit dan wafat, juga termasuk kehilangan keluarga, pekerjaan, dan penghasilan, terlebih ketika interaksi dan pergaulan dibatasi begitu rupa. Seakan manusia terkungkung dalam lingkungan munculah beragam dugaan dan prasangka manusia terhadap Tuhanya. Ada sebagian orang yang menjadi prustasi, lalu menyalahkan Allah SWT karena dianggap membiarkan dan mencampakkan manusia pada penderitaan. Sebagian lagi mempersepsikan Tuhan sebagai Dzat yang kejam penuh angkara murka. Bahkan yang lebih parah lagi ada yang sudah tidak percaya kondisi yang demikian setan terus bermain dan berusaha membuat manusia semakin putus asa. Dengan gencarnya setan membisikan berbagai macam bisikan. Oleh karenanya manusia akan timbul rasa was-was sebagaimana Allah terangkan dalam surat An-Naas ayat 5 sifat was-was muncul. Hingga manusia terjebak untuk tidak bersyukur atas nikmat yang telah diterima selama ini. Maka sebagian besar manusia tidak bersyukur sebagaiman firman-Nya dalam Al-qur'an "Kemudian saya setan akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur".taat QS, Al-A'raf / 7 17Namun bagi orang-orang yang beriman, hatinya tetap terpelihara dan selalu berbaik sangka terhadap Allah. Mereka yakin dan percaya dibalik musibah ini pasti ada hikmah dan kebaikan yang akan Dia berikan kepada manusia. Sebab sesuai dengan sifatnya bahwa Allah adalah Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan kasih sayangnya mengalahkan murka-Nya. Dia adalah Dzat yang selama ini telah banyak memberikan karunia. Dengan musibah dan bencana yang diberikan kepada manusia, bisa jadi Allah ingin melatih mereka untuk dapat bertahan dalam kesabaran, ingin menyadarkan akan kelemahan manusia, ingin agar mereka bertaubat dari kesalahannya, ingin agar manusia berkarya menemukan inovasi dan temuan terbaru, dan yang terakhir, ingin agar manusia mengingat kematian yang sangat dekat dengannya. Bagi seorang mukmin yang selalu istiqamah taat kepada-Nya, mereka yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan dirinya. Sebagaimana ucapan Nabi SAW saat berada dalam kesulitan, pada saat itu beliau berdua dengan sahabat Abubakar As-Siddiq sedang bersembunyi berada dalam sebuah gua, karena dikejar oleh para kafirun quraisy. Abu Bakar merasa sangat ketakutan, maka Nabi bersabda yang diabadikan dalam berfirman-Nya "Jangan berduka-cita sesungguhnya Allah bersama kita" QS, At-Taubah/9 40..Orang-orang beriman selalu bersyukur bahwa selama alam ini diatur dan diurus oleh Allah, Dia pasti akan menghadirkan kebaikan bagi umat manusia. Inilah yang selalu terucap lewat lisan kita, sedikitnya 17 kali sehari semalam diucapkan saat kita Shalat. " الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "Dalam hadits qudsi Allah berfirman "Aku bersama prasangka hamba-Ku kepada-Ku". Jika ia berprasangka baik, itulah yang ia dapatkan. Tetapi jika berprasangka buruk, itu pula yang ia dapatkan. hadits hasan dalam kitab al-Jami' ash shaghir lis suyuthi.Demikian uraian singkat materi "Allah Bersama Prasangka Hamba-Ku Kepada-Ku". Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita dalam pengamalan agama Islam yang mulia ini. Aamiin.
عن أبي هريرة - رضي الله عنه - قال قال النبي - صلى الله عليه وسلم - يقول الله تعالى أنا عند ظن عبدي بي ، وأنا معه إذا ذكرني Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,’ Sesungguhnya Allah berkata "Aku sesuai prasangka hambaku pada-Ku dan Aku bersamanya apabila ia memohon kepada-Ku" HR Muslim Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya. Dalam hadits ini tersirat sebuah ajakan dari Rasulullah SAW agar kita berusaha selalu dekat dengan Allah SWT, berbaik sangka husnudzan dan tidak berburuk sangka su'udzhan kepada-Nya. Karena Allah SWT "berbuat" sesuai prasangka hamba-Nya. Bila seorang hamba berprasan]gka bahwa Allah itu jauh, maka Allah pun akan "menjauh", sebaliknya bila ia berprasangka bahwa Allah itu dekat, maka Allah pun akan "mendekat" kepadanya. Lewat hadits ini Rasulullah SAW pun mengajarkan umatnya untuk selalu berpikir positif dalam segala hal. Karena semua kejadian, apa pun itu, berada sepenuhnya dalam genggaman Allah SWT dan terjadi karena seizin-Nya. Dengan berpikir positif, seseorang akan mampu menyikapi setiap kejadian dengan cara terbaik. Selain itu, ia pun akan mampu menghadapi hidup dengan optimis. Betapa tidak, ia dekat dengan Allah Dzat Penguasa yang ada. Karena itu, Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa orang beriman itu tidak pernah rugi, diberi nikmat dia bersyukur. Syukur adalah kebaikan bagi dirinya, diberi ujian dia bersabar, dan sabar adalah kebaikan bagi dirinya. Hakikatnya Allah tidak pernah membuat jarak dengan manusia. Manusia sendiri yang membuat jarak dengan Allah. Demikian pula, Allah tidak pernah menghambat manusia untuk sukses, tapi manusia sendiri yang menghalangi diirnya untuk sukses. Kunci dari semua itu adalah pikirannya. Manusia adalah bentukan pikirannya. Tak heran bila Norman Vincent Peale mengatakan, "You are what you think!"; Anda adalah apa yang Anda pikiran. Sebuah penelitian yang dilakukan Harvard University membuktikan bahwa kesuksesan seseorang 85 persen ditentukan sikap, dan 15 persen sisanya ditentukan keterampilan dan intelektualitas. Sikap itu sendiri dibentuk pikiran. Dengan kata lain, 85 persen kesuksesan dan kegagalan ditentukan kualitas pikiran. Dalam konteks bahasan ini, kesuksesan untuk dekat dengan Allah sangat dipengaruhi sejauh mana seseorang berpikir positif tentang Allah SWT. sumber Harian Republika
عن أبي هريرة رضي الله عنه مرفوعاً قال الله عز وجل أنا عند ظنِّ عَبدي بي، وأنا معه حيث يَذكُرني، والله، لَلَّه أَفرَحُ بِتَوبَةِ عَبدِهِ مِنْ أَحَدِكُم يَجدُ ضَالَّتَهُ بالفَلاَة، وَمَنْ تَقَرَّب إِلَيَّ شِبْرًا، تقرَّبتُ إليه ذِرَاعًا، ومن تقرب إلي ذِراعًا، تقربت إليه بَاعًا، وإذا أَقْبَلَ إِلَيَّ يمشي أَقْبَلْتُ إِلَيهِ أُهَرْوِلُ». متفق عليه، وهذا لفظ إحدى روايات مسلم. وروي في الصحيحين وأنا معه حِينَ يَذْكُرُنِي» بالنون، وفي هذه الرواية. حيث» بالثاء وكلاهما صحيح. [صحيح] - [متفق عليه وها لفظ مسلم] المزيــد ... Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bahwasanya beliau bersabda, 'Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Demi Allah, Allah lebih senang dengan taubat hamba-Nya daripada seorang dari kalian yang menemukan barangnya yang hilang di padang pasir. Barangsiapa mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Siapa yang mendekati-Ku satu hasta, Aku mendekatinya satu depa. Jika ia datang menghadap sambil berjalan, Aku datang kepadanya sambil berlari kecil'." Muttafaq'alaih. Redaksi ini merupakan salah satu riwayat Muslim. Diriwayatkan dalam Aṣ-Ṣaḥīḥain, "Dan Aku bersamanya ketika mengingat-Ku." "ḥīna" dengan huruf nūn. Sedangkan dalam riwayat ini "ḥaiṡu" dengan huruf ṡa. Keduanya sahih. Hadis sahih - Muttafaq 'alaih Uraian Sesungguhnya Allah -Ta'ālā- sesuai dengan prasangka hamba-Nya kepada-Nya. Jika dia berprasangka baik kepada-Nya, maka baginya kebaikan. Jika berprasangka selain itu, maka itulah bagiannya. Dalam Musnad Imam Ahmad dari hadis Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu- dari Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Allah -Ta'ālā- berfirman, 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia berprasangka baik kepada-Ku, maka baginya kebaikan, dan jika berprasangka buruk kepada-Ku, maka itulah bagiannya'." Hanya saja, kapan harus berprasangka baik kepada Allah 'Azza wa Jalla? Berprasangka baik kepada Allah itu benar, jika seseorang melaksanakan hal yang mendatangkan karunia Allah dan harapan kepada-Nya. Ia melakukan amal saleh dan berprasangka baik bahwa Allah akan menerima amalnya. Sedangkan jika seseorang berprasangka baik kepada Allah tanpa amal saleh, tentunya ini termasuk berangan-angan kepada Allah. Barangsiapa memperturutkan jiwanya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah, maka ia adalah orang lemah. Sedangkan jika engkau berprasangka baik kepada Allah disertai dengan perlawananmu kepada-Nya dengan melakukan kemaksiatan, maka ini merupakan kebiasaan orang-orang lemah yang tidak memiliki modal untuk pegangan. Ibnul Qayyim -raḥimahullāh- berkata, "Tidak ada keraguan bahwa prasangka baik itu harus disertai perbuatan baik. Sesungguhnya orang yang berbuat baik akan berprasangka baik kepada Tuhannya bahwa Dia akan membalas kebaikannya itu dan Dia tidak akan menyalahi janji-Nya serta akan menerima tobatnya. Sedangkan orang jahat yang terus-menerus melakukan dosa besar, kezaliman dan berbagai pelanggaran, maka bias kemaksiatan, kezaliman dan keharaman akan mencegahnya berprasangka baik kepada Tuhannya. Sesungguhnya budak yang kabur dan keluar dari kepatuhan pada tuannya, maka ia tidak akan berprasangka baik kepada tuannya dan kesialan perbuatan buruk tidak akan bisa bersatu dengan prasangka baik untuk selama-lamanya. Sebab, orang yang berbuat keburukan akan merasa asing/terisolir sesuai kadar keburukannya. Orang yang paling baik prasangkanya kepada Tuhannya, adalah orang yang paling taat kepada-Nya. Hal ini dinyatakan oleh Al-Ḥasan Al-Baṣri, "Sesungguhnya orang mukmin itu berprasangka baik kepada Tuhannya, maka ia beramal baik. Sedangkan orang durhaka berprasangka buruk kepada Allah lalu beramal buruk." Selanjutnya Rasulullah menyebtukan bahwa Allah lebih senang dengan tobat hamba-Nya dibandingkan kesenangan seorang laki-laki yang menemukan kembali kendaraannya yang hilang di padang pasir. Tobat dilakukan dengan mengakui, menyesali, meninggalkan, dan bertekad tidak akan kembali melakukan dosa yang pernah dilakukannya. Selanjutnya Rasulullah menyebutkan bahwa Allah -Subḥānahu wa Ta'ālā- lebih pemurah dari hamba-Nya. Jika manusia mendekat kepada Allah satu jengkal, maka Allah mendekat kepadanya satu lengan. Jika manusia mendekat kepada-Nya satu lengan, maka Dia mendekat kepadanya satu depa. Jika manusia mendatangi-Nya sambil berjalan, maka Allah mendatanginya sambil berlari-lari kecil. Sesungguhnya Allah lebih pemurah dan lebih cepat menjawab daripada hamba-Nya. Hadis ini dipercaya oleh Ahlussunnah wal Jama'ah bahwa ini benar dan nyata milik Allah 'Azza wa Jalla. Hanya saja kita tidak mengetahui bagaimana cara berlari kecil dan bagaimana terjadi kedekatan ini. Itu adalah hal yang tata caranya mekanismenya kembali kepada Allah, dan kita tidak berhak membicarakannya. Kita hanya mempercayai maknanya dan menyerahkan tata caranya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Kebersamaan Ma'iyah Allah bagi hamba-Nya ada dua macam satu,bersifat khusus yang mengharuskan adanya pertolongan dan bantuan. Kebersamaan ini disebutkan dalam hadis tersebut. Kedua, bersifat umum yang mengharuskan adanya ilmu dan pengetahuan. Kebersamaan seperti ini merupakan sifat yang nyata dan pantas bagi Allah -Ta'ālā-. Terjemahan Inggris Prancis Spanyol Turki Urdu Bosnia Rusia Bengali China Persia Tagalog Indian Orang Vietnam Sinhala Kurdi Hausa Portugis Sawahili Tamil Tampilkan Terjemahan
Source kehidupan sehari-hari, seringkali kita mengalami situasi di mana kita harus menilai atau berprasangka terhadap orang lain. Kadang, prasangka yang kita buat terhadap seseorang bisa sangat mempengaruhi hubungan kita dengan mereka. Hal ini tidak saja terjadi dalam kehidupan sosial, tapi juga dalam kehidupan Islam, prasangka baik atau buruk juga ditekankan. Salah satu hadits yang terkenal terkait prasangka adalah “Hadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku”. Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap sesama Aku Sesuai Prasangka Hambaku adalah sebuah hadits yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Hadits ini ditemukan dalam Shahih Bukhari dan Muslim. Berikut adalah teks lengkap hadits tersebut“Aku sesuai prasangka hambaKu kepadaku, dan aku bersama dia ketika ia menyebut namaku. Maka jika ia menyebut namaku di suatu tempat, maka aku menyebut namanya di tempat yang lebih baik darinya, dan jika ia mendekatinya satu hasta, maka aku mendekatinya dua hasta.”Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu mempunyai prasangka baik terhadap sesama muslim. Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap orang lain, dan bahkan lebih baik lagi daripada prasangka yang orang tersebut buat tentang diri dari Hadits Aku Sesuai Prasangka HambakuHadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku mempunyai makna yang sangat dalam. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu mempunyai prasangka baik terhadap sesama merupakan keadaan di mana seseorang membuat suatu asumsi atau anggapan terhadap orang lain tanpa adanya bukti yang cukup. Prasangka sendiri dapat berupa prasangka baik atau buruk. Prasangka baik adalah prasangka yang positif, sementara prasangka buruk adalah prasangka yang hadits ini, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu mempunyai prasangka baik terhadap sesama muslim. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sangat penting untuk memiliki prasangka yang baik. Dengan memiliki prasangka yang baik, kita dapat meredakan perasaan cemburu, iri hati, atau bahkan sikap benci terhadap sesama baik juga dapat membantu kita dalam membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain. Dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kita perlu membangun rasa percaya dan saling menghormati. Dengan memiliki prasangka baik, kita dapat menunjukkan bahwa kita menghargai orang lain dan memuliakan dari Hadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku dalam Kehidupan Sehari-hariHadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku mempunyai banyak makna dan dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi kehidupan. Berikut adalah contoh-contoh dari hadits ini dalam kehidupan sehari-hari1. Dalam BerbicaraDalam berbicara, seringkali kita membuat prasangka terhadap orang lain. Misalnya, kita menganggap bahwa seseorang tidak jujur atau tidak bertanggung jawab hanya karena dia terlambat datang ke suatu tempat. Namun, dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap orang seseorang terlambat datang ke suatu tempat, kita sebaiknya tidak langsung membuat prasangka buruk terhadapnya. Sebaliknya, kita sebaiknya berprasangka baik dan mencari tahu alasan mengapa dia Dalam Membuat KeputusanSaat kita harus membuat keputusan penting, seringkali kita membuat prasangka buruk terhadap suatu hal atau seseorang. Misalnya, kita menganggap bahwa suatu tempat tidak aman hanya karena pernah terjadi kejahatan di sana. Namun, dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap orang lain dan tempat-tempat yang ada di sekitar kita ingin membuat keputusan penting, sebaiknya kita mencari tahu informasi yang akurat dan tidak membuat prasangka buruk terhadap suatu hal atau seseorang. Dengan memiliki prasangka yang baik, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijak dan Dalam Berinteraksi dengan Orang LainSaat kita berinteraksi dengan orang lain, seringkali kita membuat prasangka buruk terhadap mereka. Misalnya, kita menganggap bahwa seseorang tidak jujur atau tidak baik hati hanya karena ia berbeda pendapat dengan kita. Namun, dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap sesama kita ingin menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain, sebaiknya kita selalu berprasangka baik terhadap mereka. Dengan memiliki prasangka yang baik, kita dapat menghargai perbedaan pendapat dan saling Aku Sesuai Prasangka Hambaku dalam Konteks KeluargaHadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku juga dapat diaplikasikan dalam konteks keluarga. Dalam keluarga, seringkali terjadi situasi di mana kita membuat prasangka buruk terhadap anggota keluarga kita buruk dapat mempengaruhi hubungan yang kita miliki dengan keluarga kita. Jika kita selalu membuat prasangka buruk terhadap anggota keluarga kita, hubungan kita dengan mereka akan menjadi tegang dan bahkan mungkin hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap sesama muslim. Jika kita ingin membangun hubungan yang harmonis dengan keluarga kita, kita perlu selalu berprasangka baik terhadap mereka. Dengan memiliki prasangka yang baik, kita dapat membangun rasa percaya dan saling menghormati dalam Aku Sesuai Prasangka Hambaku adalah sebuah hadits yang penting dalam Islam. Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu mempunyai prasangka baik terhadap sesama muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, prasangka baik sangat penting dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain dan mengaplikasikan hadits ini, kita perlu selalu berusaha untuk memiliki prasangka yang baik terhadap orang lain. Dengan memiliki prasangka yang baik, kita dapat meredakan perasaan cemburu, iri hati, atau bahkan sikap benci terhadap sesama muslim. Kita juga dapat membangun hubungan yang harmonis dengan orang lain dan DescriptionHadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku mengajarkan pentingnya prasangka baik dalam Islam. Baca artikel ini untuk mengetahui makna hadits ini dan aplikasinya dalam kehidupan Keywordshadits aku sesuai prasangka hambaku, prasangka baik, Islam, hubungan harmonis, keluargaRelated video of Hadits Aku Sesuai Prasangka Hambaku Membahas Pentingnya Prasangka Baik dalam Islam
aku adalah prasangka hambaku